Berbuat baik adalah suatu hal yang harus dibudidayakan, berbuat baik tidak boleh berharap balasan, karna yang berhak membalas hanyalah yang maha kuasa

Selasa, 03 Desember 2019

DERU RASA DALAM DIRIKU


Tentang kata istimewa. Aku sendiri tak tau menau tentang makna kata istimewa. Tapi hari ini aku benar-benar menikmati senja di kota istimewa bersama orang yang begitu istimewa. Secara kamus, kata istimewa bisa diartikan sebagai ‘lain daripada yang lain’, tetapi makna secara rasa dan karsa aku tak begitu menemukan apa makna yang sesungguhnya. Tapi… aku merasa bahagia, emztt berarti istimewa itu yang membuat bahagia? Mungkin bisa jadi seperti itu.
Bertemu dengan seseorang yang belum lama dikenal tetapi terasa sudah kenal bertahun-tahun memang menyenangkan apalagi kalau sepemikiran. Ya…. Mungkin karna sepemikiran itulah yang baru kenal sebentar terasa lama. Ada yang lucu saat itu, aku yang berasal dari bidang pendidikan bahasa dan sastra ehhh malah dia yang sepertinya lebih paham dengan kurikulum.
Ngobrol kesana kemari dan tak terasa hampir satu jam lamanya. Kurang lama dan aku juga kurang puas, namun aku bahagia. Membingungkan? Iya aku sendiri aja juga bingung. Haha. Pada intinya aku merasa mengobrol dengannya membuatku nyaman, tatapannya dan lirikannya juga nyaman, tapi aku merasa bahwa ia hanya menganggapku sebagai seorang adik. Mungkin karena aku begitu kekanak-kanakan dan dia begitu dewasa. Entahlahhh… dia emang orang yang sangat sulit ditebak.
Aku takut dan jengkel pada saat itu. Apa maksudnya dia mau dikenalkan denganku, apa maksudnya mau bertemu denganku? Sebatas menambah teman? Atau diakah yang kan membuatku berani kembali membuka hati? Duh…..dedek… ingat kau tak boleh begitu berharap. Aku takut, benar-benar takut kalau sampai aku benar-benar memiliki rasa dengannya. Ada tiga hal yang aku takutkan. Pertama kalau perasaanku ke dia hanya sebagai pelampiasan, kedua aku takut kalau ternyata aku hanya terbawa perasaan saja, ketiga aku takut kalau aku hanya diberi harapan palsu.
Tapi aku begitu tenang dan bahagia bersama dia. Duh gusti... apakah ini anugerah atau cobaan darimu?. Jika aku benar-benar menyukainya atau bahkan mencintainya, apakah aku pantas untuknya? Apakah hati ini benar-benar layak huni? Karna aku merasa saat itu dia membuat tulisan yang intinya hati ini harus benar-benar layak huni dan tujuan dari sebuah hubungan bukanlah untuk menyembuhkan luka melainkan menyempurnakan kebahagiaan. Lalu apakah saat ini aku sudah bahagia? Sudah, aku sudah begitu bahagia. Bagaimana dengan dia? Sepertinya ia masih begitu susah untuk melupakan cinta pertama. Aku tidak akan memaksa dia untuk melupakan cinta pertamanya dan aku juga tidak akan memaksakan diri untuk menjadi seperti cinta pertamanya.
Sampai sekarang aku masih bertanya-tanya tentang dirinya, tantang perasaannya. Apakah dia benar-benar memiliki rasa padaku atau hanya sebatas abang dan adik? Yang jelas niat pertama dan paling utama aku mau berkenalan dengannya utnuk menambah persaudaraan, entah akan menjadi saudara yang bagaimana. Sekalipun aku memiliki rasa dengannya, aku takut untuk memulai karna aku juga takut untuk mengakhiri.

#Tulisan ini mungkin tidak bisa disebut sebagai cerpen, melainkan lebih pantas disebut sebagai catatan harian. Terimakasih untukmu yang entah sadar atau tidak telah membangkitkanku untuk kembali menulis. Terimakasih untukmu yang selalu membaca dan menikmati setiap tulisanku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar