Tentang kata istimewa. Aku
sendiri tak tau menau tentang makna kata istimewa. Tapi hari ini aku
benar-benar menikmati senja di kota istimewa bersama orang yang begitu
istimewa. Secara kamus, kata istimewa bisa diartikan sebagai ‘lain daripada
yang lain’, tetapi makna secara rasa dan karsa aku tak begitu menemukan apa
makna yang sesungguhnya. Tapi… aku merasa bahagia, emztt berarti istimewa itu
yang membuat bahagia? Mungkin bisa jadi seperti itu.
Bertemu dengan seseorang yang belum
lama dikenal tetapi terasa sudah kenal bertahun-tahun memang menyenangkan
apalagi kalau sepemikiran. Ya…. Mungkin karna sepemikiran itulah yang baru
kenal sebentar terasa lama. Ada yang lucu saat itu, aku yang berasal dari
bidang pendidikan bahasa dan sastra ehhh malah dia yang sepertinya lebih paham
dengan kurikulum.
Ngobrol kesana kemari dan tak
terasa hampir satu jam lamanya. Kurang lama dan aku juga kurang puas, namun aku
bahagia. Membingungkan? Iya aku sendiri aja juga bingung. Haha. Pada intinya
aku merasa mengobrol dengannya membuatku nyaman, tatapannya dan lirikannya juga
nyaman, tapi aku merasa bahwa ia hanya menganggapku sebagai seorang adik.
Mungkin karena aku begitu kekanak-kanakan dan dia begitu dewasa. Entahlahhh…
dia emang orang yang sangat sulit ditebak.
Aku takut dan jengkel pada saat
itu. Apa maksudnya dia mau dikenalkan denganku, apa maksudnya mau bertemu
denganku? Sebatas menambah teman? Atau diakah yang kan membuatku berani kembali
membuka hati? Duh…..dedek… ingat kau tak boleh begitu berharap. Aku takut,
benar-benar takut kalau sampai aku benar-benar memiliki rasa dengannya. Ada
tiga hal yang aku takutkan. Pertama kalau perasaanku ke dia hanya sebagai
pelampiasan, kedua aku takut kalau ternyata aku hanya terbawa perasaan saja,
ketiga aku takut kalau aku hanya diberi harapan palsu.
Tapi aku begitu tenang dan
bahagia bersama dia. Duh gusti... apakah ini anugerah atau cobaan darimu?. Jika
aku benar-benar menyukainya atau bahkan mencintainya, apakah aku pantas
untuknya? Apakah hati ini benar-benar layak huni? Karna aku merasa saat itu dia
membuat tulisan yang intinya hati ini harus benar-benar layak huni dan tujuan
dari sebuah hubungan bukanlah untuk menyembuhkan luka melainkan menyempurnakan
kebahagiaan. Lalu apakah saat ini aku sudah bahagia? Sudah, aku sudah begitu
bahagia. Bagaimana dengan dia? Sepertinya ia masih begitu susah untuk melupakan
cinta pertama. Aku tidak akan memaksa dia untuk melupakan cinta pertamanya dan
aku juga tidak akan memaksakan diri untuk menjadi seperti cinta pertamanya.
Sampai sekarang aku masih
bertanya-tanya tentang dirinya, tantang perasaannya. Apakah dia benar-benar
memiliki rasa padaku atau hanya sebatas abang dan adik? Yang jelas niat pertama
dan paling utama aku mau berkenalan dengannya utnuk menambah persaudaraan,
entah akan menjadi saudara yang bagaimana. Sekalipun aku memiliki rasa
dengannya, aku takut untuk memulai karna aku juga takut untuk mengakhiri.
#Tulisan ini mungkin tidak bisa disebut sebagai
cerpen, melainkan lebih pantas disebut sebagai catatan harian. Terimakasih
untukmu yang entah sadar atau tidak telah membangkitkanku untuk kembali
menulis. Terimakasih untukmu yang selalu membaca dan menikmati setiap
tulisanku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar