Kunang dan Bintang
Tentang
malam. Sayup-sayup angin yang hiruk pikuk membawaku kealam damai. Yah.. aku
memang resah. Memikirkan sentakan dan sengitan yang aku dapatkan. Andai saja
aku ini pandai dan sudah berpenghasilan. Pasti..ah...sudahlah. Aku memang tak
berguna. Aku harus apa? Entah...
Siang
itu dikala panas menerjang, sengaja aku kemudikan si pinky dengan pelan
perlahan. Terlihat malas sekali, memang. Siang bagaikan jahanam. Ah... entah..
aku ingin berteriak..itu gila..aduh...gila saja terus. Ku kemudikan si pinky ke
kampung halaman. setalah sampai dengan sedikit bangga aku bicara “ayah..ini nilaiku, dan ini sertifikat magangku, alhamdulillah menjadi
yang terbaik”. Dengan senyuman aku mengatakannya. Sejenak aku tercengang dengan
jawban “sudah diam dulu, ini baru penting!!”.
Airmata ini ingin menetes, rasanya. Tapi sudahlah ini tak apa dan bukan
apa-apa, memang nilai bukan segalanya.
Aku
merasa tak begitu berguna. “kelak kau mau
menjadi apa ida?”. Tanyaku didepan kaca. Ku marahi diriku sendiri
sehabis-habisnya. Tetap saja aku begini adanya. Terkadang terasa aku menggerutu
sendiri. Aku bisa apa? Apa yang bisa aku berikan untuk orang tuaku? Teringat
ketika ada temanku yang sudah memberi penghasilan untuk orang tuanya. Teringat
orang yang berkata “alhamdulillah nilaiku
banyak yang A, setidaknya aku bisa membanggakan orang tua”. Sedangkan aku?
Apa?. Memberi uang? Belu bisa. Nilai yang baik? Belum juga bisa, toh kalau aku
bisa mugkin ilmuku tak sebaik nilaiku.
Kali
ini, dikegelapan malam aku belajar dari seekor hewan nan mungil. Kunang-kunag,
ya benar sekali. Ketika lampu tiba-tiba saja mati, seekor kunang-kunang masuk
kedalam ruangan. Ku perhatikan tanpa mengalihkan pandangan. Dalam benakku
berkata”lihatlah ida, kunang-kunang itu
cuma sendiri, tapi kau tau apa yang ia lakukan? Dia mampu menyinari ruangan
meskipun cuma sendiri, jadi kau harus bisa seperti itu”. Sedikit lega. Lalu
kulangkahkan kakiku menuju lantai dua kupandangi langit dan tiba-tiba benak ini
kembali berkata “lihatlah bintang, mereka
tetap bersinar meskipun sendirian, contohlah!!”.
Ayah...ibu...
disini anakmu sedang berjuang untuk kalian.. restui ananda untuk bisa
memberikan jubah kemuliaan untuk kalian. Tanpa ridho kalian, tak mungkin aku
bisa melakukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar