EGOIS ATAU SOSIALIS?
Manusia diciptakan oleh sang pencipta sebagai
makhluk sosial, yaitu saling mebutuhkan satu sama lain. Tapi anehnya manusia
yang sekarang ini sudah jarang yang menerapkan teori tersebut. Mengapa? Karena
manusia yang sekarang itu rata-rata hanya memikirkan dirinya sendiri tanpa
mempedulikan orang lain. Selain itu, manusia juga memikirkan bagaimana dirinya
bisa memanfaatkan orang lain bukan memikirkan bagaimana agar dia bermanfaat
untuk orang lain. Rasa sosialis semakin berkurang dan rasa egoispun semakin
bertambah. Merasa bisa melakukan apapun sendiri, menganggap dia paling bisa,
dan memnganggap dia paling pintar, tak pernah bisa menghargai orang lain dan
apa yang dimiliki orang lain.
Saat
ini saya mengaji disebuah pondok pesantren. Pada saat itu pak kyai bilang “mbak
kamu kuliah jangan cari gelar ya, tapi carilah ilmu dan pikirkan bagaimana
caranya agar kamu bisa menggelar ilmu, gelar itu gak penting tapi menggelar
ilmu yang kamu punya itu merupakan suatu hal yang sangat terpuji”. Perkataan
tersebut membuatku teringat kepada bapak yang sedang dirumah sana, yang sudah
lama tak berjumpa. Bapakku pernah berkata seperi itu kepadaku. Hanya sedikit
berbeda, perkataan bapakku seperti ini “kamu jangan sekedar mengejar gela
sarjana, tapi ilmunya, gimana ilmumu bisa bermanfaat untuk orang lain, apalagi
untuk masyarakat disini”. Hal itu
membuatkku berpikir “andai banyak orang yang seperti itu pasti Negara kita ini
akan menjadi Negara yang sangat cerdas”. Tapi sayangnya hanya sedikit orang
yang mau berpikir dan menerapkan seperti itu.
Pada
saat itu pula aku teringat perkataan dari seorang ibu. Ibu surya namanya. Yaitu
seperti ini :
Ibu surya :
jadi kuliah mana?
Saya : belum dapat, do’anya saja bu.
Ibu surya :
anakku sudah dapat tempat kuliah di ptn swasta.
Saya : iya selamat bu, saya masih nunggu
pengumuman.
Ibu surya :
udahlah tidak apa-apa diswasta, yang penting kuliah dan besuk bisa mendapatkan
pekerjaan yang enak dan dapat gaji yang lumayan.
Saya hanya bisa tersenyum dan bertanya-tanya pada
diri saya sendiri setelah mendengar perkataan ibu tersebut, kenapa hanya
memikirkan dirinya sendiri dan hanya memikirkan harta. Lagi-lagi keegoisan yang
muncul pada orang tersebut, harta untuk kebahagiaannya, untuk hidup
berfoya-foya, untuk hidup yang mewah dan jarang sedekah atau bahkan tidak
pernah sedekah. Ya sekarang terserah pada diri masing-masing mau egois atau
sosialis. Kalau mau sosialis mari kita rubah niat kita kuliah untuk apa? Tapi
kalau mau egois ya silahkan. Khoirunnas anfusahum linnas. Sebaik baiknya
manusia adalah manusia yang berguna bagi orng lain.
Nur Wakhidah mahasiswa IAIN Surakarta Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Tadris Bahasa Indonesia